Thursday, May 1, 2008

Tiga Karakteristik Manusia

Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasi dalam tiga kategori, yaitu :
1. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Islamiah
Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomorsatukan, karena mereka lebih dekat dengan dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan, insya Allah.
2. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Asasiyah
Ia adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.
3. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Jahiliah
Ia adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibirnya karena perbuatan dan perangainya yang jelek. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan kejelekannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah saw. sebagai: "Sejelek-jelek teman bergaul". (HR. Muslim)


Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas dakwah fardiyah. Ada seseorang berdin di bawah pohon epal yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah tersebut tidak akan terpetik. Bukan bererti seorang da'i harus tetap berpegang dan terikat dengan urutan ini, karena kadangkala keadaan bisa mengubah pandangannya dalam hal ini —dengan izin Allah— seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Wahd ra., Amr bin Ash ra., dan yang lain.
Ada seseorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa itu hanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia terkejut karena mendapatkan ikan yang besar. Ada beberapa pemuda dari daerah Bulaq, Kairo, yang berkeliling mencari tanah yang kosong untuk digunakan sebagai tempat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., yang akan dihadiri oleh Imam Hasan Al-Banna sebagai pembicara. Di sebelah warung makan, mereka menjumpai tanah lapang, lalu mereka bertanya kepada pemilik warung makan tersebut. Pemilik warung itu adalah Ustadz Ibrahim Karrum, seorang tokoh dari daerah Bulaq yang disegani oleh pemerintah yang berkuasa pada waktu itu dan disegani pula oleh kawan sendiri. Setelah mengetahui maksud dan tujuan pemuda-pemuda itu, beliau menyambutnya dengan sambutan yang luar biasa dan menyatakan kesediaannya. Setelah mereka kembali, mereka menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami kepada Ustadz Hasan Al-Banna.
Ketika Ustadz Al-Banna berangkat untuk berceramah dalam acara tersebut, terlebih dahulu beliau mengunjungi Ustadz Ibrahim Karrum dan mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Begitu pula tatkala beliau mulai berceramah, beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ibrahim Karrum untuk kedua kalinya.
Sejak saat itu, Ustadz Ibrahim aktif dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Maret 1954 M. beliau memimpin demonstrasi akbar terhadap Jamal Abdun Naser. Mereka menuntut agar Presiden Muhammad Najib dipulangkan ke Mesir dan anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara dibebaskan. Beliau juga pernah dipenjara bersama anggota Ikhwanul Muslimin yang lain. Semoga Allah swt. Memberikan rahmat kepadanya.
Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda — yang wajah mereka menyiratkan ketaatan— maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat, karena biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang, mereka segani dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak boleh putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda —di antara pemuda-pemuda tadi— yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah lebih mantap, bergaul dengannya — dan juga yang lain— dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu. Jika —dengan izin Allah— pemuda itu mau menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain.
Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahawa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah. Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orangyang mau menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)
Ayat ini menjelaskan bahawa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut. Seorang tukang roti berdin di depan forn (tempat pembakaran roti), sambil memasukkan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang sudah matang dan membolak-balikkan yang belum matang. Setiap kali ada roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahawa ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar. Inilah keadaan da'i tatkala berdakwah di masyarakat; ia memberi sekaligus menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang dokter yang memberikan obat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, di antara mereka sudah ada yang tersinari oleh cahaya iman (inilah roti yang telah matang), ada yang menyambut ajakan tersebut karena perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut karena malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang berlaku tidak baik terhadap sang da'i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak boleh putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mau menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahawa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah swt. Kaedah yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah".


Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasi dalam tiga kategori, yaitu :
1. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Islamiah
Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomorsatukan, karena mereka lebih dekat dengan dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan, insya Allah.
2. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Asasiyah
Ia adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.
3. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Jahiliah
Ia adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibirnya karena perbuatan dan perangainya yang jelek. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan kejelekannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah saw. sebagai: "Sejelek-jelek teman bergaul". (HR. Muslim)


Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas dakwah fardiyah. Ada seseorang berdin di bawah pohon epal yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah tersebut tidak akan terpetik. Bukan bererti seorang da'i harus tetap berpegang dan terikat dengan urutan ini, karena kadangkala keadaan bisa mengubah pandangannya dalam hal ini —dengan izin Allah— seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Wahd ra., Amr bin Ash ra., dan yang lain.
Ada seseorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa itu hanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia terkejut karena mendapatkan ikan yang besar. Ada beberapa pemuda dari daerah Bulaq, Kairo, yang berkeliling mencari tanah yang kosong untuk digunakan sebagai tempat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., yang akan dihadiri oleh Imam Hasan Al-Banna sebagai pembicara. Di sebelah warung makan, mereka menjumpai tanah lapang, lalu mereka bertanya kepada pemilik warung makan tersebut. Pemilik warung itu adalah Ustadz Ibrahim Karrum, seorang tokoh dari daerah Bulaq yang disegani oleh pemerintah yang berkuasa pada waktu itu dan disegani pula oleh kawan sendiri. Setelah mengetahui maksud dan tujuan pemuda-pemuda itu, beliau menyambutnya dengan sambutan yang luar biasa dan menyatakan kesediaannya. Setelah mereka kembali, mereka menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami kepada Ustadz Hasan Al-Banna.
Ketika Ustadz Al-Banna berangkat untuk berceramah dalam acara tersebut, terlebih dahulu beliau mengunjungi Ustadz Ibrahim Karrum dan mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Begitu pula tatkala beliau mulai berceramah, beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ibrahim Karrum untuk kedua kalinya.
Sejak saat itu, Ustadz Ibrahim aktif dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Maret 1954 M. beliau memimpin demonstrasi akbar terhadap Jamal Abdun Naser. Mereka menuntut agar Presiden Muhammad Najib dipulangkan ke Mesir dan anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara dibebaskan. Beliau juga pernah dipenjara bersama anggota Ikhwanul Muslimin yang lain. Semoga Allah swt. Memberikan rahmat kepadanya.
Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda — yang wajah mereka menyiratkan ketaatan— maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat, karena biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang, mereka segani dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak boleh putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda —di antara pemuda-pemuda tadi— yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah lebih mantap, bergaul dengannya — dan juga yang lain— dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu. Jika —dengan izin Allah— pemuda itu mau menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain.
Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahawa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah. Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orangyang mau menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)
Ayat ini menjelaskan bahawa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut. Seorang tukang roti berdin di depan forn (tempat pembakaran roti), sambil memasukkan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang sudah matang dan membolak-balikkan yang belum matang. Setiap kali ada roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahawa ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar. Inilah keadaan da'i tatkala berdakwah di masyarakat; ia memberi sekaligus menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang dokter yang memberikan obat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, di antara mereka sudah ada yang tersinari oleh cahaya iman (inilah roti yang telah matang), ada yang menyambut ajakan tersebut karena perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut karena malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang berlaku tidak baik terhadap sang da'i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak boleh putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mau menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahawa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah swt. Kaedah yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah".


TIPS Kalahkan HRD

Siapa sih yang tidak mau klo saat kita interview langsung di terima tanpa ada hamabatan . Hmm.... Siapa yang sudah pernah interview? Ya saya yakin semua orang (hampir)pernah mengalaminya. Karena saya yakin kita pernah masuk kedalam "lembah" Job Seeker. Nah mungkin ini akan bermanfaat untuk Anda para Job Seeker. Ini berkaitan pertanyaan yang seringdi tanyakan oleh HRD


1. Kenapa Anda ingin bergabung dengan perusaahan kami?
Ya Pertanyaan ini akan sering bahkan pasti ditanyakan oleh HRD. Karena dari sini sang HRD atau perusahaan akan mengtahui tujuan kita melamar di perushaan. Dalam kesempatan ini jangan sampai Anda katakan "Saya Ingin Mendapatkan Tantangan" Hati hati karena ini bisa menjadikan presepsi yang salah. Ini bisa di artikan sebagai TIDAK adanya misi dan visi untuk membantu perusahaan ini.
2. Ceritakanlah tentang diri Anda
KEnapa ya HRD menanyakan hal ini? apakah hanya sebuah iseng saja. Oh ngga pastinya. Ini digunakan untuk mengetahui begaimana cara Anda berinteraksi dan ingin mengorek tentang diri Anda. Nah ini jangan sampai Anda berbohong, dan sampaikanlah apa adanya. Namun jika ada pertanyaan yang cukup menyudutkan Anda. Nah itu anda harus hati-hati. Ingat HRD dpt membaca apa yang ada dalam pikiran Anda melalui kontak mata. Nah tapi jangan sampai Anda tidak melihat mata sanbg HRD, karenai ini Anda tidak sopan kepadanya.
3. Posisi Apa Yang Anda Cari ?
Ya kadang bingung juga kita di tanya seperti itu, bukahkah itu sudah jelas.Di surat lamaran juga tercamtumkan dalam surat lamaran kita. Tapi ini bisa jadi sebuah strategi sang HRD untuk mengetahui visi Anda. sejauh mana impian Anda, dan kesiapan Anda dalam menghadapi perkerjaan yang nanti akan diserahkan kepada Anda. Mungkin kita harus hati-hati jangan sampai mengatakan ingin mendapatkan tantangan. Nah ini bisa berbahaya! Lho kenapa? Karena ini akan semakin menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki tujuan yang jelas.
4. APa kelebihan dan Kekurangan ANda ?
Ya, ini akan ditanyakan. ini menunjukkan kejuruan Anda. so katakan dengna jujur apa adanya. namun jika ada hal yang bisa menjatuhkan dalam dalam hal kelemahan misalnya "saya ini pelupa" Nah langsung saja ANda katakan langkah prebentif yang Anda lakukan untuk meminimalisir kekurangan tersebut.

OK mungkin itu dulu, semoga bermanfaat.

Wednesday, April 30, 2008

Mush’ab bin Umair r.a

Pada dirinya terdapat kemampuan dan sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang da’i, ditambah lagi dengan wajahnya yang tampan dan penampilannya yang menarik. Ia adalah duta pertama yang diutus Rasulullah saw. Kepada penduduk kota Madinah. Tatkala sampai di Madinah, ia singgah di rumah As’ad bin Zurarah. Sementara itu ada dua orang yang bernama Sa’adz bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair, keduanya adalah pemimpm suku Bam Abdil Asyhal dan penganut kepercayaan nenek moyang mereka.


Tatkala mendengar berita tentang Mush’ab bin Umair ra., Sa’ad berkata kepada Usaid, “Pergilah, temui orang yang telah memasuki wilayah kita dan mengelabui masyarakat kita yang lemah ltu. Usir keduanya dan jangan sekali-kali diperbolehkan mendatangi kaum kita. Kalau bukan karena keberadaan As’ad niscaya aku sudah pergi mendatangi mereka dan tidak menyuruhmu. Seperti yang kamu ketahui, ia (As’ad bin Zurarah) adalah anak bibiku.”

Usaid mengambil tombaknya lalu pergi mendatangi keduanya. Tatkala As’ad mengetahui kedatangannya, ia berkata kepada Mush’ab, “Dia adalah seorang pemimpin suku dan telah mendatangimu, maka berlaku benar-lah kepada Allah.” Mush’ab berkata, “Jika la mau duduk, maka saya akan berbicara kepadanya.” Usaid masuk dan langsung mendamprat (pada saat itu masih dalam posisi berdiri), “Apa maksud kalian da-tang kapada kami dan mempu orang-orang yang lemah? Tinggalkanlah kami, jika kalian masih menyayangi nyawa kalian!”

Setelah selesai, Mush’ab berkata dengan sangat halus, :’Bagaimana jika Anda duduk terlebih dahulu dan men-iengarkan perkataan kami? Jika Anda suka maka ambilah, dan jika Anda tidak suka maka tinggalkanlah,” Usaid ?erkata, “Anda berlaku adil.” Kemudian ia meletakkan ;ombaknya dan duduk. Mush’ab lalu memberitahukan Ian menjelaskan kepadanya tentang Islam dan membaca-jan ayat-ayat Al-Qur’an. Keduanya mencentakan, “Demi Allah, kami sudah nelihat pada wajahnya pancaran cahaya Islam, sebelum a berkata dengan wajah yang lebih ceria.” Kemudian Usaid berkata, “Alangkah mdahnya ajaran-ajaran ini. Apa yang kalian perbuat tatkala hen-dak memasuki agama ini?” Keduanya menjawab, “Mandilah dan bersihkan kedua pakaianmu. Kemudian ucap-kanlah syahadat dan setelah itu dirikanlah shalat.”

Usaid kemudian bangkit untuk mandi dan member-sihkan pakaiannya, lalu mengucap syahadat dan dilan-jutkan dengan shalat dua rakaat. Kemudian ia berkata, “Ada seorang laki-laki, jika ia masuk Islam maka seluruh kaumnya akan mengikutinya. Saya akan menyuruhnya menghadap kalian. Orang itu bernama Sa’ad bin Mu’adz.”

Usaid mengambil tombaknya dan beranjak pergi menemui Sa’ad dan kaumnya. Ketika menyaksikan kehadiran Usaid yang telah berubah dan saat Usaid sudah berada di hadapan mereka, Sa’ad bertanya, “Wa-hai Usaid, apa yang telah kamu perbuat?” Usaid berkata, “Saya telah bertemu dan berbicara dengan kedua orang itu dan ternyata mereka tidak membahayakan. Saya juga telah mencegah mereka. Lalu mereka berkata, ‘Kami berbuat apa yang Anda sukai.’ Saya telah mendengar berita bahwa Bani Haritsah telah berangkat menuju rumah As’ad bin Zurarah. Untuk membunuhnya dengan tujuan menghinakan dirimu, karena mereka tahu bahwa As’ad adalah anak bibimu.” Dengan marah Sa’ad mengambil tombak dan berkata, “Wahai Usaid, Demi Tuhan, kamu belum berbuat apa-apa.” Kemudian ia keluar menuju rumah As’ad bin Zurarah. Dan pada akhirnya apa yang terjadi pada Usaid terjadi pula pada Sa’ad bin Mu’adz.

Demikianlah tatkala Usaid datang dengan marah, Mush’ab justru menyambutnya dengan senyum dan ketenangan. Sikap imlah yang dapat melunakkan hati sekeras apa pun. Mush’ab adalah da’i yang membawa risalah yang amat agung dan suci. Oleh karena itu, dia sangat mengerti akan sikap yang tepat pada saat yang tepat pula. la tidak terpengaruh dengan kemarahan Usaid, tetapi justru sebaliknya, la berperilaku dengan akhlak yang mulia.

Kemudian, Mush’ab berkata dengan perkataan yang lemah lembut dan menggugah perasaan lawan bicaranya untuk kembali kepada fitrah dan keadilan, “Bagaimana jika Anda duduk dan mendengarkan perkataan saya? Jika Anda menyukai perkataan saya, maka ambillah dan jika Anda tidak menyukai, maka kami akan menjauhkan apa yang Anda benci itu dari diri Anda.” Memang, tatkala menyampaikan dakwahnya, seorang da’i akan melihat dampak pada wajah mad’unya. Setelah masuk Islam, ia (Usaid in Hudhair) berubah dari mad’u menjadi seorang da’i. Lalu ia mencari cara agar Sa’ad mau menemui dan mau mendengarkan perkataan Mush’ab ra. seperti yang telah ia alami.

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya

sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Dikatakan juga bahwa belum sempurna juga iman seseorang sebelum ia merasa bahagia jika hal yang ia sukai itu terjadi juga pada saudaranya. Akhirnya Sa’ad pun masuk Islam disertai katimnya, Bani Abdul Asyhal.

As’ad berkata kepada Mush’ab ra., tatkala melihat kedatangan Usaid, “Hai Mush’ab, ia adalah pemimpin suku maka berlaku jujurlah kepada Allah swt.” Sungguh merupakan sebuah perkataan yang akan tetap langgeng, sebuah senjata dan sumber kekuatan bagi seorang da’i, “Berlaku jujurlah kepada Allah swt.” Seorang da’I harus berlaku ikhlas hanya mencari ridha Allah swt., tidak untuk tujuan-tujuan selain Allah. Dengan ikhlas ltulah Allah akan berkenan membukakan pmtu hidayah- Nya. ltulah makna syiar kita: “Allah adalah tujuan kami”.

Kisah yang terjadi pada Mush’ab ra. bersama Usaid dan Sa’ad memberikan banyak pelajaran yang berharga. Semua ini terjadi semata-mata atas hidayah (petunjuk) Allah ‘Azzawajalla.